.

Senin, 14 Oktober 2013

MAKALAH PEMIKIRAN TEOLOGI ULAMA MODERN MENURUT MUHAMMAD ABDUH


PEMIKIRAN TEOLOGI ULAMA MODERN
MENURUT MUHAMMAD ABDUH
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas
Ilmu Kalam


DOSEN PEMBIMBING
Drs. H.Suis, M. Fil. I
Oleh
Andre Wibowo (B02212013)
FAKULTAS DAKWAH
JURUSAN PMI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2011





KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr Wb
Segala puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT, Sholawat serta salam semoga tetap dilimpahkan kepada Rasullullah Muhammad SAW, keluarga serta para sahabat-sahabat dan mereka yang menyeru dengan seruannya serta berpedoman dengan petunjuknya.
Alhamdulillah syukur kehadirat ALLAH SWT, karena atas segala kasih sayangnya makalah  kali ini tentang “Pemikiran Teologi Ulama Modern Menurut Muhammad Abduh” telah selesai dikerjakan, semua itu tidak terlepas dari dukungan beberapa pihak, maka tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada ibu Ira Eko Retnosari, M.Pd. Atas semua bantuan serta keihklasannya sehingga karya tulis ini bisa selesai meskipun masih ada kesalahan dan kekurangan baik dalam segi pembahasan ataupun tulisan. Manusia tempat salah dan lupa, namun sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang mau bertobat dan memperbaiki kesalahnnya, dari situ saya harapkan saran dan kritik yang membangun demi kelancaran studi saya dan demi kebaikan kita semua.
Harapan saya semoga karya tulis ini bisa membawa manfaat bagi diri saya dan bermanfaat bagi yang membacanya. Amiin............
Wassalamualikum Wr Wb

                                                                                                                                   
Surabaya, 12 Mei 2012






DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR….………………………………................……….  ii
DAFTAR ISI……………………………….……………..……………….  iii
BAB I  : PENDAHULUAN.………….……………………………………  1
A.  LATAR BELAKANG…….…….…………………………….. 1
BAB II : PEMBAHASAN………………………………….……………… 2         
A.  RIWAYAT SINGKAT MUHAMMAD ABDUH……...……… 2
B.  KARYA-KARYA MUHAMMAD ABDUH………....…..……. 3
C.  SISTEM TEOLOGI  MODERN MUHAMMAD ABDUH........  4
D.  KEKUATAN AKAL DALAM SISTEM TEOLOGINYA…..... 6
BAB III: PENUTUP………………………………………………….......... 9
DAFATAR PUSTAKA……………………………………….………....... 10











BAB I
PENDAHULUAN
 A. Latar  Belakang
Teologi merupakan sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan dan hubungan-Nya dengan alam semesta, terutama hubungannya dengan manusia. Perbedaan pand
angan mengenai telogi menurut banyak aliran dikarenakan banyaknya pandangan-pandangan tentang Iman dan Kufur, tentang perbuatan tuahan dan Manusia, tentang Akal dan Wahyu
Pemikiran teologi modern salah satunya adalah rasional. Rasional ini bermaksud tidak hanya mengandalkan Al Quran dan Assunnah tetapi juga mengandalkan akal fikiran yang rasional. Karna dengan akal,  manusia dapat mengetahui kewajiban berterima kasih kepada tuhan. Dan  juga merupakan ajaran Al-Qur’an  kitab suci ini memerintahkan kita untuk berfikir dan juga melarang kita untuk memakai sifat taklid. Karna taklid adalah salah satu penyebab kemunduran islam pada abad 19 dan 20. Banyak tokoh islam yang mencoba melakukan pemikiran rasional. Salah satuh dari sekian banyak pemikiran rasional itu adalah Muhammad Abduh. Dia adalah seorang tokoh salaf, tetapi tidak menghambakan diri pada teks-teks agama. Ia memegangi teks-teks agama tetapi dalam hal ini  ia juga menghargai akal. Jadi tidak seluruhnya ia mengambil dari teks-teks agama tetapi juga menggunakan akal fikiran yang rasional. Ia juga telah banyak membuat karya-karyanya. Salah satunya adalah risalah at-tauhid karyanya yang paling besar yang membahas tentang konsep teologinnya itu. Dalam makalah ini akan di jelaskan bagaimana konsep teologi modern muhammad abduh dan bagaimana kedudukan akal  dan wahyu dalam teologi modern menurut muhammad Abduh.


BAB II
PENBAHASAN
PEMIKIRAN TEOLOGI ULAMA MODERN
MENURUT MUHAMMAD ABDUH
 A. Riwayat singkat Muhammad Abduh
Nama lengkap Syekh Muhammad Abduh  adalah Muhammad bin Abduh bin Hasan Khairullah. Beliau dilahirkan di desa Mahallat Nashr  kabupaten AL-Buhairah, Mesir, pada tahun 1849 M. Beliau bukan berasal dari keturunan orang kaya dan bukan pula keturunan bangsawan. Namun demikian ayahnya dikenal sebagai orang terhormat yang suka member pertolongan. Kekerasan yang diterapkan penguasa-penguasa Muhammad Ali dalam memungut pajak menyebabkan penduduk berpindah-pindah tempat untuk menghindarinya. Abduh sendiri dilahirkan dalam kondisi yang penuh kecemasan.
Menulis dan membaca ia pelajari dirumah. Kemudian ia menghafal al-quran di bawah bimbingan seorang guru yang hafal kitab suci. Dalam masa dua tahun ia telah hafal al-quran. Mulu – mula abduh dikirim ayahnya di Masjid AL Ahmadi tanta, belakangaan tempat ini menjadi pusat kebudayaan selain AL-Azhar. Namun system pengajarannya disana sangat menjengkelkannya sehinnga setelah dua tahun disana, ia memutuskan untuk kembali ke desanya dan bertani seperti saudara-saudara dan kerabatnya. Ketika ia kembali ke desa, ia dikawinkan. Pada saat itu umurnya 16 tahun. Semula ia bersikeras untuk tidak melanjutkan studinya, tetapi ia kembali belajar atas dorongan pamanya, syekh darwis, yang banyak mempengaruhi kehidupan Abduh sebelum bertemu dengan jamaludin al afghani.
Setelah mengalami perubahan mental terhadap pelajaran, pada tahun 1282 H(1866 M) ia kembali ke masjid al- ahmadi di tanta . ia telah mengerti yang diberikan guru dan apa yang di bacanya sendiri. Dan apa yang di pahaminya itu ia sampaikan pada teman-temanya sepelajaran, sehingga ia akhirnya menjadi tempat mereka bertanya. Beberapa bulan kemidian ia pergi ke cairo untuk meneruskan pelajaran di Al-Azhar.
Setelah menyelesaikan studinya di Al-Azhar pada tahun 1877 dengan gelar alim, abduh mulai mengajar di al –azhar, di dar al-ulum dan di rumahnya sendiri. Ketika al-afghanidiusir dari mesir pada tahun 1879 karena di tuduh mengadakan gerakan perlawanan terhadap khedewi taufiq, abduh  juga dituduh ikut campur di dalamnya. Ia dibuang keluar kota cairo. Namun, pada tahun 1880. Ia diperbolehkan kembali ke ibu kota, kemudian di angkat menjadi redaktur surat kabar  resmi pemerintahan mesir, Al-Waqa’I Al-Mishriyyah. Pada waktu itu kesadaran nasional mesir  mulai tampak dan di bawah pimpinan abduh, surat kabar resmi itu memuat artikel-artikel tentang orgenitas nasional mesir, di samping berita-berita resmi.
Setelah revolusi urabi 1882 (yang berakhir dengan kegagalan), abduh ketika itu masih memimpin surat kabar Al-Waqa’I dituduh terlibat dalam revolusi besar tersebut sehingga pemerintah mesir memutuskan untuk mengasingkannya selama tiga tahun dengan member hak kepadanya untuk memilih tempat pengasingannya, dan abduh memilih suriah. Di negri ini, ia menetaap selama satu tahun. Kemudian ia menyusul gurunya, Al-Afghani, yang ketika itu ia berada di paris. Di sana mereka menerbitkan surat kabar Al-Urwah Al-Wutsqa, yang betujuan mendirikan pan-islam menentang penjajahan barat, khususnya inggris. Tahun 1885, abduh di utus oleh surat kabar tersebut ke inggris untuk menemui tokoh –tokoh Negara itu Yang bersimpati kepada rakyat mesir. Tahun 1899, abduh diangkat menjadi mufti mesir. Kedudukan tinggi itu di pegangnya sampai ia meninggal dunia.
B. Karya-karya Muhammad abduh
 Muhammad Abduh memiliki banyak karya.Seseorang akan tetap eksis jika mempunyai suatu karya. Begitu juga Muhammad Abduh, buku Al-radd’ala al- dahriyiyin adalah salah satu contoh bukunya
Beberapa karyanya yang lain antara lain:
a.       Risalah al-waridat, 1874
b.      Hasyi’ah ala syarh al-aqoid al-adudiyah, 1876
c.       Najh al-balagha,1885
d.      Al-radd’ala al- dahriyiyin, diterjemahkan tahun 1886
e.       Syarh kitab al- basyair  al-nashraniyah fi al-ilmi al-mantiq,1888
f.       Maqamat badi’ al-zaman al-hamdani, 1889
g.       Taqrir fi ishlah al-mahakim al- sya’iati,1900
h.      Al-islam wa al-nashraniyah ma’a al-,ilm wa a- madaniyah, 1903
i.        Risalah at-tauhid, disusun pada tahun 1897
j.        Tafsir al manan.
 C. Sistem Teologi  Modern Muhammad Abduh
          Teologi dalam pendapat Muhammad Abduh adalah jalan untuk mengetahui tuhan, bukan wahyu saja tapi juga akal. Akal dengan kekuatan yang ada dalam dirinya berusaha memperoleh pengetahuan tentang Tuhan dan wahyu. Untuk memperkuat pengetahuan akal dan untuk menyampaikan kepada manusia apa yank tidak dapat diketahui oleh akalnya.
            Teologi dalam arti sederhana membahas soal-soal tentang keterkaitan diri Tuhan dan hubungan-Nya dengan alam semesta terutama dengan manusia. Jelas bahwa hanya manusia yang sanggup untuk mengadakan pembahasan demikian. Kosep teologi Muhammad Abduh dapat digambarkan sebagai tuhan berada dipuncak alam wujud sedangkan manusia ada dibawahnya.Manusia yang berada di dasar alam wujud itu berusaha mengetahui Tuhan. Inilah dasar sistem Muhammad Abduh yang juga dapat diterapkan kepada aliran-aliran teologi lain yang berpendapat bahwa akal manusia dapat mengetahui Tuhan.
   Jalan untuk memperoleh pengetahuan menurut Muhammad Abduh ada dua yaitu akal dan wahyu. Wahyu ia artikan pengetahuan yang diperoleh seseorang dalam dirinya sendiri dengan keyakinan bahwa itu berasal dari Allah.Sedangkan akal menurutnya adalah suatu daya yang hanya dimiliki manusia dan oleh karena itu dialah yang membedakan manusia dengan makhluk lain.Akal adalah tonggak kehidupan manusia dan dasar kelanjutan hidupnya. Umat manusia dalam pendapatnya adalah sebagai anak kecil kemudia menjadi besar dan berubah jadi dewasa. Tuhan menghadapi manusia sama dengan seorang bapak menghadapi anaknya. Agama pada waktu masih tingkatan kanak-kanak membawa ajaran dalam bentuk perintah mutlak, larangan keras dan menyerahkan diri tanpa syarat kepada kehendak mutlak Tuhan. Pada masa remaja agama berbicara tentang menjauhkan manusia dari kehidupan dunia dan memusatkan perhatian pada kehidupan yang lebih mulia di akhirat.Kemudia sampailah pada dewasa yaitu islam mengajarkan tentang akal dan bukan lagi hanya pada perasaanya.
            Umat islam ketika islam datang menurut Muhammad Abduh telah mencapai usia dewasa dan menghendaki agama yang rasional.Bagi Muhammad Abduh, islam adalah agama yang rasional, agama yang sejalan dengan akal, bahkan agama yang didasarkan pada akal.Pemikiran rasional dalam pendapatnya adalah jalan untuk memperoleh iman sejati. Iman tidak sempurna kalau tidak didasarkan pada akal, iaman harus didasarkan pada keyakinan, bukanpada pendapat, dan akallah yang menjadi sumber keyakinan pada tuhan.
            Olah karena itu dalam islam, agama dan akal untuk pertama kalinya menjalin hubungan persaudaraan. Akal menjadi tulang punggung agama yang terkuat  dan wahyu jadi sendi yang terutama. Antara akal dan wahyu tidak bisa ada pertentangan. Akal harus harus percaya kepada semua apa yang dibawa wahyu, dan mungkin ada yang tidak diketahui hakikatnya. Tetapi begitu pun akal tidak wajib menerima apa yang mustahil, jika wahyu membawa sesuatu yang pada lahirnya kelihatan bertentangan dengan akal, wajib bagi akal untuk menyakini bahwa apa yang dimaksud bukanlah arti harfiah, akal kemudian mempunyasi kebebasan memberi interprestasi kepada wahyu atau menyerahkan maksud sebenarnya dari wahyu bersangkutan dengan Allah. Keharusan manusia munggunakan akal bukanlah hanya merupakan ilham yang terdapat dalam dirinya, tetapi juga merupakan ajaran Al-Qur’an. Al-Qur’an tidak sematamata memberi perintah-perintah tetapi mendorong manusia untuk berfikir.Dari sistem teologinya tersebut melahirkan banyak pandangan,antara lain.
 1.serangan terhadap taklid
            Taklid menurut pendapatnya adalah salah satu sebab penting yang membawa kemunduran umat islam abat kesembilanbelas dan duapuluh. Ia mengeritk ulama yang mengajarkan bahwa islam zaman belakangan wajib  mengikuti hasil ijtihat ulama-ulama terdahulu, sehingga akal tidak berfungsi lagi dikalangan umat islam. Taklid mengakibatkan perkembangan dalam bahasa, organisasi sosial , hukum, lembaga-lembaga pendidikan dan lain lain menjadi terhambat. Ia juga menolak kebiasaan menggunakn hadits sebagai sumber rukun iman, sesengguhnya hadits itu lemah dan tak terkenal. Ia berpendapat bahwa ajaran islam sendiri menentang taklid. Ia sering membicaran hal ini dalam Risalah At-Tauhid. Sikap mengikuti penapat ulama silam oleh ajaran islam dicap sebagai bodoh. Ia mengatakan bahwa ajaran islam sebenarnya menghancukan penguasaan taklid atas jiwa manusia. Ia mengatakan kebiasaan memakai akal dalm menghadapi problem-problem yang mereka hadapi, maka pembaharuan akan berjalan dengan baik didunia islam.
2. perbedaan manusia dari segi akal
            Karena pentingnya akal dalam pendapat Abduh .perbedaan antar manusia baginya bukan lagi terletak pada takwa tetapi juga pada akal. Dan yang mendekatkan manusia kepada tuhan hanyalah kesucian akal dan keraguan.
D. Kekuatan Akal Dalam Sistem Teologinya
            Dari apa yang di jelasakan diatas dapat dilihat bahwa akal baginya memiliki kekuatan yang tinggi. Al- Qur’an menjelaskanpenggunaan akal dan penelitian finomena alam untuk sampai kepada  rahasia –rahasia yang terletak dibelakanganya. Dengan cara inilah akal smpai kepada kesimpulan bahwa bagi alam semwesta ini harus ada pencipta. Pengiriman rasul dengan demikian, diperlukan bukan untuk mengetahui adanya Tuhan, tetapi untuk mengetahui sifat-sifat-Nya. Akal dengan dengan sendirinya dapat sampai kepada keyakinan tentang adanya Tuhan. Di samping adanya Tuhan, akal juga dapat mengetahui sifat- sifat tuhan , sungguh pun tidak seluruhnya. Haruslah qodim, tidak memiliki permulaan dalam wujudnya. Kalau tidak dia mesti diciptakan dan oleh karenanya berhajat kepada pencipta. Ia juga mesti baqi, tidak memiliki kesudahan dalam wujud. Ia juga harus tidak tersusun , karena kalau Ia memiliki bagian-bagian , wujud-Nya harus didahului oleh bagian-bagian-Nya. Hayat jelas merupakan sifat kesempurnaan dan oleh karna itu tuhan harus hidup.
            Ia harus pula memiliki sifat ilmu, karena ilmu adalah  sifat kesempurnaan. Allah memiliki sifat ilmu terbukti dengan adanya peraturan sempurna lagi tepat yang mengatur di alam ini. Ia juga mempunyai kekuasan kudrah ,karena menciptaknan sesuai dengan ilmu dan keemuan-Nya, harus mempunyai kekuasaan. Ia harus memiliki kebebasan memilih (ikhtiar), karena arti  ikhtiar adalah melaksanakan kekuasan sesuai dengan pengetahuan dan keemuan.ia adalah pencipta bebas, karena Allah adalah yang tersempuna dari semua maujudad yang lain, Allah harus pula esa dan unik , karena kalau yang mesti ada pada esensinya banyak, masing-masing harus berbeda dari yang lain. Adanya sifat-sifat ini wajib diyakini , karena wahyu mengatakan demikian.. Dalam filsafat wujud Muhammad Abduh, fungsi wahyu dalam hal sifat-sifat yang diwahyukan adalah informasi, sedang dalam hal sifat-sifat yang dapat diketahui oleh akal adalah konfirmasi.
            Di smping wujud dan sifat-sifat Tuhan, akal juga dapat mengetahui apa yang baik dan apa yang buruk, sesungguhnya pun tidak terperinci. Yang di maksud denga baik ialah apa yang membawa manfaat dan dengan buruk apa yang membawa kemahdaratan. Akal dalam pendapat Muhammad Abduh juga dapat mengetahui keadaan hidup manusia di alam gaib. Akal manusia tidak mempunyai kesanggupan yang sama untuk mengetahui Tuhan dan mengetahui hidup di akhirat.dengan penelitian hidup di dunia, manusia dapat memperoleh pengetahuan hidup di akhirat, tetapi pengetahuan yang tidak bersifat pasti.
            Sebegitu jauh akal menurut Muhammad Abduh dapat mengetahui Tuhan, mengetahui sebagai mana sifat-sifat-Nya, mengetahui sebagian baik dan buruk dan mengetahui hidup manusia di akhirat. Tegas Muhammad Abduh tentang akal dalam pendapatnya dapat:
  1.      Mengetahui Tuhan dan sifat-sifat-Nya.
  2.      Mengetahui adanya hidup diakhirat.
  3.     Mengetahui bahwa kebahagiaan jiwa diakhirat bergantung pada pengenalan Tuhan dan berbuat baik,sedang  kesengsaraan bergantung pada tidak mengenal Tuhan dan berbuat jahat.
  4.      Mengetahui wajibnya manusia mengenal Tuhan.
  5.      Mengetahui wajibnya manusia berbuat baik dan dan wajibnya menjauhi perbuatan jahat untuk kebahagian di akhirat.
  6.      Membuat hukum-hukum mengenai kewajiban-kewajiban itu
         Akal, menurut Muhammad Abduh dapat mengetahui dua dasar pokok dalam agama, kewajiban mengatahui Tuhan dan kewajiban melakukan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan jahat. Pada dua kewajiban pokok inilah, didasarkan kewajiban-kewajiban lain dari manusia terhadap Tuhan, terhadap dirinya sendiri dan terhadap masyarakat. Pembahasan kekuatan akal dalam mengetahui kedua dasar agama, Tuhan, dan kebaikan serta kejahatan, sesungguhnya telah dilakukan oleh aliran-aliran teologi timbul di zaman keemasan islam.kedua masalah pokok tersebut dipecah menjadi empat, yaitu :
1.    Mengatahui Tuhan.
2.    Mengetahui kewajiban berterimakasih terhadap Tuhan.
3.    Mengetahui kebaikan dan kejahatan.
4.    Mengetahui kewajiban berbuat baik dan kewajiban menjauhi berbuatan yang jahat.
Kaum Mu’tazilah dan  Muhammad Abduh memiliki persamaan. Mu’tazilah dan Muhammad Abduh  berpendapat bahwa dalam keempat masalah pokok itu, wagyu tak mempunyai fungsi. Dalam paham Maturidiah  Samarkand wahyu mempunyai fungsi untuk mengetahui kewajiban berbuat baik baik dan kewajiban menjauhi perbuatan jahat. Teologi yang memberi kekuatan tinggi kepada akal adalah teologi Mu’tazalah, teologi Muhammad Abduh dan teologi maturidiah Samarkand.


        BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
          Dapat diambil kesimpulan bahwa dasar teologi Muhammad Abduh  berbeda sekali dengan teologi Maturidiah Samarkand dan Bukhara, apalagi dengan teologi Asy’ariah. Antara teologinya dengan Mu’tazilah terdapat persamaan, sama-sama memberi kekuatan tertinggi pada akal dan sama-sama berpendapat bahwa wahyu tak mempunyai fungsi dalam keempat msalah pokok keagamaan yang dipersoalkan. Dalam pada itu perlu dicatat bahwa Muhammad Abduh memberi kekuatan yang lebih tinggi kepada akal dari pada pada Mu’tazilah sendiri.

  

DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Harun, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1987).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar